Laman

Minggu, 06 Maret 2016

Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS

Setelah artikel Mengenal Lebih Jelas Tentang Penyakit HIV AIDS maka ada baiknya juga mengetahui Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS, Karena seperti kita ketahui bersama bahwa Penyakit HIV AIDS ini belum ada obatnya jadi hanya Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS ini saja yang saat ini dapat dilakukan agar dapat terhindar dari Penyakit mematikan ini. Pada artikel ini juga dibahas bagaimana Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS Pada orang yang telah terinfeksi agar tidak menular ke orang lain, Di karenakan Penyakit HIV AIDS termasuk dalam kategori penyakit unik dan aneh serta mematikan.





I. Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS 

 Program Pencegahan Penyakit HIV AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :

1) Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang mendatangkan risiko terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan.

2) Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks atau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi. Pada situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang melakukan hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan dasar air dapat menurunkan risiko penularan melalui hubungan seks.

3) Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi penularan HIV. Begitu pula Program “Harm reduction”yang menganjurkan para pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.

4) Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan pemeriksaan darah. Faslitas tersebut saat ini telah tersedia di seluruh negara bagian di AS. Konseling, tes HIV secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin pada klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari pengobatan yang tepat bila menderita Penyakit Menular Seksual (PMS).

5) Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovudine (ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.

6) Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya. Hanya darah dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi, sel atau jaringan (termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank sperma, bank susu atau bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV harus dilakukan terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang harus dibekukan dan disimpan selama 3 – 6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu dapat di asumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi donor.

7) Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan teliti apakah ada indikasi medis untuk transfusi. Transfusi otologus sangat dianjurkan.

8) Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di seleksi dan yang telah diperlakukan dengan semestinya untuk menonaktifkan HIV yang bisa digunakan.

9) Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah. Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus di lakukan pada semua pasien dan semua prosedur laboratorium (tindakan kewaspadaan universal).

10) WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI (EXPANDED PROGRAMME ON IMMUNIZATION); anak-anak yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.

II. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya :

1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat; mengirimkan laporan resmi kasus AIDS adalah wajib di semua jajaran kesehatan di AS dan hampir di semua negara di dunia. Sebagian besar negara bagian di AS menerapkan sistem pelaporan infeksi HIV ini. Laporan resmi mungkin dibutuhkan di berbagai negara atau provinsi, Kelas 2B (lihat tentang pelaporan penyakit menular)

2). Isolasi; mengisolasi orang dengan HIV positif secara terpisah tidak perlu, tidak efektif dan tidak dibenarkan. “Universal Precaution”(kewaspadaan universal) (q.v) diterapkan untuk semua penderita yang dirawat. Tindakan kewaspadaan tambahan tertentu perlu dilakukan pada infeksi spesifik yang terjadi pada penderita AIDS.

3). Disinfeksi serentak; dilakukan terhadap alat alat yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dengan menggunakan larutan pemutih (chlorine) atau germisida tuberkulosidal.

4). Karantina; tidak diperlukan. Penderita HIV/AIDS dan pasangan seks mereka sebaiknya tidak mendonasikan darah, plasma, organ untuk transplantasi, jaringan, sel, semen untuk inseminasi buatan atau susu untuk bank susu manusia.

5). Imunisasi dari orang orang yang kontak; tidak ada.

6). Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi; Di AS pasangan seks dari para penderita HIV/AIDS atau pasangan pengguna jarum suntik bersama, bila memungkinkan, di laporkan sendiri oleh si penderita. Rujukan oleh petugas di benarkan bila pasien, sesudah dilakukan konseling, tetap menolak untuk memberitahukan pasangan seks mereka, dan untuk itu petugas harus betul-betul yakin bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang membahayakan indeks kasus bila pasangannya diberitahu. Tindakan yang sangat hati-hati harus dilakukan untuk melindungi kerahasiaan penderita.

7). Pengobatan spesifik : di sarankan untuk melakukan diagnosa dini dan melakukan rujukan untuk evaluasi medis. Rujuklah sumber informasi mutakhir tentang obat yang tepat, jadwal dan dosisnya. Pedoman pengobatan HIV/AIDS yang selalu diperbaharui setiap saat tersedia pada “CDC National Clearing house” (1-800-458-5231) dan dapat diakses melalui Clearing house World Wide Website (http:www.cdcnpin.org).

a. Sebelum ditemukan pengobatan antiretrovirus yang relatif efektif, dan tersedia secara rutin di AS sekitar tahun 90-an, pengobatan yang ada pada waktu itu hanya ditujukan kepada penyakit “opportunistic” yang diakibatkan oleh infeksi HIV. Penggunaan TMP-SMX oral untuk tujuan profilaktik, dengan pentamidin aerosol kurang efektif, obat ini di rekomendasikan untuk mencegah penumonia P. carinii. Semua orang yang terinfeksi HIV terhadap mereka harus dilakukan tes tuberkulin dan dievaluasi apakah mereka penderita TBC aktif. Jika diketahui menderita TB aktif, pasien harus diberi terapi anti tuberkulosa. Jika bukan TB aktif, pasien dengan tes tuberkulin positif atau yang anergik tetapi baru saja terpajan dengan TB harus diberikan terapi dengan isoniazid untuk 12 bulan.

b. Keputusan untuk memulai atau merubah terapi antiretrovirus harus di pandu dengan memonitor hasil pemeriksaan parameter laboratorium baik Plasma HIV RNA (viral load) maupun jumlah sel CD4+T dan dengan melihat kondisi klinis dari pasien. Hasil dari dua parameter ini memberikan informasi penting tentang status virologi dan imunologi dari pasien dan risiko dari perkembangan penyakit menjadi AIDS. Sekali keputusan untuk memberi terapi antiretrovirus diambil, pengobatan harus di lakukan dengan agresif dengan tujuan menekan virus semaksimal mungkin. Pada umumnya, harus diawali dengan penggunaan inhibitor protease dan dua inhibitor “non nucleoside reverse transcriptase”. Regimen lain mungkin digunakan tetapi dianggap kurang optimal. Pertimbangan spesifik di berikan kepada orang dewasa dan wanita hamil, dan bagi pasien pasien ini sebaiknya digunakan regimen pengobatan spesifik.

c. Hingga pertengahan tahun 1999, satu-satunya obat yang dapat mengurangi risiko penularan HIV perinatal hanya AZT dan di berikan sesuai dengan regimen berikut: diberikan secara oral sebelum kelahiran, mulai 14 minggu usia kehamilan dan diteruskan sepanjang kehamilan, diberikan intravena selama periode intra-partum; diberikan oral bagi bayi baru lahir hingga berusia 6 minggu. Regimen “chemoprophylactic” ini menurunkan risiko penularan HIV hingga 66 %. Terapi AZT yang lebih singkat mengurangi risiko penularan hingga 40%. Dari studi di Uganda, dilaporkan bahwa pada bulan Juli 1999 dosis tunggal nevirapine yang diberikan kepada ibu yang terinfeksi HIV diikuti dengan dosis tunggal kepada bayi hingga berusia 3 hari, memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kedua terapi diatas. Hanya 13.1 % dari bayi yang mendapat terapi nevirapine yang terinfeksi HIV, dibandingkan dengan 25.1 % dari kelompok yang mendapat terapi AZT. Harga Nevirapine kurang dari 4 dollar satu dosisnya, sehingga prospek untuk melindungi penularan ibu ke anak di negara berkembang lebih memungkinkan di era milinium ini.

Namun, kurang tersedianya fasilitas tes HIV dan jasa konsultasi bagi wanita hamil di negara-negara berkembang yang termiskin di Afrika tetap merupakan sebuah tantangan yang berat. Disamping itu kurang tersedianya pengobatan anti HIV bagi orang dewasa membuat angka anak-anak yang menjadi yatim-piatu bertambah di negara-negara ini.

d. Penanganan tenaga kesehatan yang sehari-harinya terpajan darah dan cairan tubuh yang mungkin mengandung virus HIV sangat kompleks. Sifat pajanan dan faktor-faktor seperti kemungkinan hamil dan strain HIV yang resisten terhadap obat harus dipertimbangkan sebelum Profilaksis HIV pasca pemajanan (Postexposure prophylaxis = PEP) di berikan. Akhir tahun 1999, pemberian PEP yang dianjurkan termasuk pemberian regimen dasar selama 4 minggu yang terdiri dari 2 jenis obat (zidovudine dan lamivudine) untuk semua jenis pemajanan HIV, termasuk juga regimen yang telah dikembangkan, dengan tambahan protease inhibitor (indinavir atau nelfinavir) yang ditujukan bagi orang yang terpajan kuman HIV yang keberadaannya membuat mereka mempunyai risiko tinggi tertular atau utnuk mereka yang diketahui atau dicurigai resisten terhadap satu atau lebih obat antiretroviral yang direkomendasikan untuk PEP. Institusi pelayanan kesehatan seharusnya mempunyai pedoman yang mempermudah dan memberikan akses yang tepat untuk perawatan pasca pemajanan bagi petugas kesehatan dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan peristiwa pemajanan.

III. Penanggulangan wabah - HIV saat ini sudah pandemik, dengan jumlah penderita yang sangat besar di laporkan di Amerika, Eropa, Afrika dan Asia Tenggara. Lihat 9A, diatas untuk rekomendasi.

IV. Implikasi bencana - Petugas emergensi harus mengikuti prosedur kewaspadaan universal, jika sarung tangan lateks tidak tersedia dan permukaan kulit kontak dengan darah, harus dicuci sesegera mungkin. Masker, kacamata pelindung dan pakaian pelindung di sarankan untuk dipakai ketika melakukan tindakan yang bisa menyebabkan semburan atau percikan darah atau cairan tubuh. Transfusi untuk keadaan darurat sebaiknya menggunakan darah donor yang telah diskrining terhadap antibodi HIV, jika uji saring tidak mungkin dilakukan maka donasi sebaiknya di terima hanya dari donor yang tidak mempunyai perilaku yang memungkinkan terinfeksi oleh HIV, dan lebih disukai donor yang sebelumnya terbukti negatif untuk antibodi HIV.

V. Tindakan Internasional - Program pencegahan dan pengobatan global dikoordinasi oleh WHO yang dimulai pada tahun 1987. Sejak tahun 1995, program AIDS global dikoordinasikan oleh UNAIDS. Sebenarnya semua negara di seluruh dunia telah mengembangkan program perawatan dan pencegahan AIDS. Beberapa negara telah melembagakan keharusan pemeriksaan AIDS atau HIV untuk masuknya pendatang asing (terutama bagi mereka yang meminta visa tinggal atau visa yang lebih panjang, seperti visa belajar atau visa kerja) WHO dan UNAIDS belum mendukung tindakan ini.

Kamis, 03 Maret 2016

Obat Tradisional Berbagai jenis Batuk

Obat Tradisional Berbagai jenis Batuk - Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.

Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.

Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu.

Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang.

Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.FM JB

Ada beberapa macam penyebab batuk :


  • Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu.
  • Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
  • Alergi
  • Asma atau tuberculosis
  • Benda asing yang masuk kedalam saluran napas
  • Tersedak akibat minum susu
  • Menghirup asap rokok dari orang sekitar
  • Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak diakibatkan karena masalah emosi dan psikologis.

Obat Tradisional Berbagai jenis Batuk

Sediakan air jeruk nipis 1 sendok makan ditambah madu 2 sendok makan dan air matang 2 sendok makan. Masukkan dalam cangkir dan kukus. Setelah agak dingin, minumkan pada anak sebanyak 1-2 sendok teh. Berikan sehari 5 kali.

Batuk seratus hari

Sediakan umbi bidara upas sebesar 1/2 jempol yang sudah bersih, parut dan seduh dengan air panas, lalu aduk-aduk dan dinginkan. Saring dan tambahkan sedikit madu. Minum sampai habis. Buatlah ramuan ini 3 kali sehari. Bisa juga gunakan ramuan lidah buaya. Lidah buaya dikupas kulitnya dan ambil bagian dagingnya sebanyak dua jari, kemudian dicacah. Tambahkan air hangat dan madu, lalu diminumkan pada anak 1-2 kali sehari.

Batuk karena angin atau dahak susah keluar

Sediakan 1 butir bawang merah diparut, 1 ruas jari jahe diparut dan diperas airnya, 7 butir adas manis, 1 ruas jari kunyit diparut dan diperas airnya, 1 sendok makan air jeruk nipis, dan 1/2 gelas air. Masukkan semua bahan di cangkir, kemudian kukus dan setelah itu saring. Minum 3 kali sehari masing-masing 2 sendok teh.

Batuk berlendir

Campurkan air jahe 1 sendok makan, air kunyit 1 sendok makan, bawang putih 1 siung diparut, air jeruk nipis 1 sendok makan, madu 1 sendok makan, dan 3 sendok makan air matang, kemudian dikukus. Diminumkan 3-4 kali sehari 2 sendok teh.
sumber : http://senjaaruna.blogspot.co.id/2012/08/obat-tradisional-berbagai-jenis-batuk.html

Infeksi Menular Seksual (IMS) Penyakit Kelamin Menular

Infeksi Menular Seksual (IMS) sering juga disebut Penyakit Kelamin Menular yaitu penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. Ada banyak sekali jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks. IMS tertentu juga bisa menular kepada orang lain melalui pakaian, handuk atau sentuhan kulit dengan orang yang sudah terinfeksi.


Apa Saja Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) Itu
Ada banyak macam penyakit yang termasuk dalam Infeksi Menular Seksual (IMS) Penyakit Kelamin Menular, tetapi yang banyak ditemukan di Indonesia adalah antara lain:

1) Gonore (GO) 
 
Penyakit ini disebabkan bakteri Neisseria Gonorrheae. Gejala dan tanda-tandanya:

  • Keluar cairan putih kekuningan kental yang keluar dari vagina atau penis
  • Rasa nyeri di rongga panggul
  • Dapat juga tanpa gejala

2) Sifilis (Raja Singa)
 
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Treponema Pallidum. Gejalanya:

  • Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri
  • Bintil/bercak merah di tubuh
  • Kelainan saraf, jantung, pembuluh darah dan kulit

3) Herpes genitalis 

Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes Simplex. Gejala dan tanda-tandanya:

  • Bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada kemaluan
  • Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak lalu hilang sendiri
  • Kadang-kadang kambuh lagi

4) Kondiloma Akuminata (Jengger Ayam) 

Penyebab penyakit ini adalah virus Human Papilloma. Gejala: terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.


5) Klamidia Trachomatis ditandai dengan gejala-gejala: 

  • Keluar cairan putih encer dari vagina
  • Nyeri di rongga panggul
  • Pendarahan

Pada laki-laki, Infeksi Menular Seksual (IMS) Penyakit Kelamin Menular mudah terlihat dan karena itu juga lebih mudah diobati. Pada perempuan, IMS seringkali tidak terlihat sehingga perempuan tidak tahu bahwa ia sudah tertular.

Hubungan seks satu kali saja bisa menularkan IMS bila dilakukan dengan orang yang sudah terinfeksi. Ada IMS yang mudah disembuhkan dan ada yang sukar bahkan tidak bisa disembuhkan. Akibat dari tertularnya IMS adalah antara lain rasa sakit berkepanjangan, mandul atau tidak bisa hamil. Orang yang sudah tertular salah satu IMS lebih mudah tertular HIV yang akan berkembang menjadi AIDS.

Remaja perlu berpikir kreatif dan mengambil keputusan yang tepat kalau mengalami sendiri atau melihat teman mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS) Penyakit Kelamin Menular. Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan:

  • Pergi berobat ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan dan ceritakan terus terang gejala yang dialami
  • Jika menerima resep belilah obat sesuai yang tertulis di resep dan jangan dikurangi
  • Minum obat sampai habis sesuai dengan resep dan petunjuknya
Jangan membeli obat tanpa resep karena obat yang cocok untuk satu jenis IMS belum tentu cocok untuk jenis yang lain Lebih mudah dan Murah mencegah daripada mengobati penyakit. Karena itu berpikir kritis sebelum bertindak.

http://senjaaruna.blogspot.co.id/2014/09/infeksi-menular-seksual-ims-penyakit.html#more

Identifikasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

 Sampai tiga atau enam bulan setelah masuknya virus HIV, belum tentu virus itu bisa ditemukan dalam tubuh karena ia tersembunyi. Masa belum bisa dilihatnya virus itu disebut masa Jendela. Walaupun belum bisa terlihat, orang yang sudah tertular HIV bisa menularkannya kepada orang lain. Setelah enam bulan biasanya virus mulai dapat ditemukan/dilihat kalau orang itu menjalani tes darah. Belum ada cara lain untuk menemukan virus selain melalui tes darah. Kalau sudah ditemukan, maka pengidapnya disebut HIV positif.


Pada masa ini, ia masih bisa hidup normal dan melakukan semua kegiatan seperti biasa. Masa HIV positif ini bisa sampai 10 tahun kalau daya tahan tubuhnya kuat. Tetapi bila daya tahan tubuhnya lemah maka orang tersebut bisa cepat terserang berbagai penyakit lain. Tanda yang menyolok pada penderita AIDS adalah diare yang terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, kanker kulit, sariawan, dan berat badan yang turun secara menyolok.
pada saat seperti itu orang tersebut dikatakan sudah sampai pada tahap AIDS dan disebut Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Pada tahap AIDS ini biasanya daya tahan sudah sangat lemah sehingga kemungkinan orang itu akan meninggal. Sampai saat ini belum ada obat ampuh untuk membunuh virus HIV atau menyembuhkan orang dengan AIDS.

Tugas dan Peran Farmasi / Apoteker

Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Profesi apoteker ini merupakan salah satu profesi di bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan. Kepentingan kemanusiaan yang dimaksud adalah mampu memberikan jaminan bahwa mereka memberikan pelayanan, arahan atau bimbingan terhadap masyarakat agar mereka dapat menggunakan sediaan farmasi secara benar. Sediaan farmasi terutama obat bukanlah zat atau bahan yang begitu saja aman digunakan. tanpa keterlibatan tenaga profesional.Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Dalam hal ini praktek kefarmasian adalah meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Penjelasan selengkapnya tentang tugas dan peran farmasi atau apoteker silahkan lihat PP no 51 tahun 2009

http://www.sidode.com/2015/03/farmasi.html

Dunia Farmasi

Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka Apoteker atau dikenal pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas. Apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat, kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutraseutikal, health food, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan pengabdian profesi kefarmasian.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa :
  1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
  2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.
  3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
 Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.
Melihat hal-hal di atas, terlihat adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi. Dimana sebenarnya letak farmasi ? di jajaran teknologi, Ilmu murni, Ilmu kesehatan atau berdiri sendiri ? kebingungan dalam hal posisi farmasi dalam keilmuan akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi, kurikulum semacam apa yang harus disajikan, semua bidang farmasi atau dikelaskan agar lebih terfokus.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para Apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat bahkan paradigma tersebut masih melekat sampai saat ini dikarenakan kebingungan yang terjadi pada akar bidang keilmuan farmasi yang lebih luas daripada kedokteran yang berorientasi pada pasien, sedangkan farmasi pada masa pendidikan S1 tidak hanya dijejali dengan kuliah farmakologi, farmasetika, farmakokinetik, anatomi fisiologi manusia DLL (ilmu farmasi klinik), tetapi juga mempelajari teknologi farmasi, kimia farmasi, DLL sampai kepada manajemen farmasi. farmasi
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien. Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau dimanapun Apoteker berada.
Pelayanan obat kepada pasien melalui berbagai tahapan pekerjaan meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat kepada pasien yang menunjukkan suatu interaksi antara dokter, farmasis, pasien sendiri. Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat dan pasien.
Aji Wibowo,S.Farm.,Apt.,M.P.H
Semoga Bermanfaat Wallahu a’lam bishshawab

Dunia Farmasi http://farmatika.blogspot.com/p/dunia-farmasi.html#ixzz41tuFAo5P

10 Jurusan Paling Berguna Saat Cari Kerja

Menurut survei terhadap sejumlah lulusan di Inggris yang dilakukan oleh Higher Education Careers Services Unit (HECSU) mengenai kegunaan jurusan yang dipilih ketika kuliah dengan kesempatan kerja, Jurusan Studi Filosofi dan Sejarah menempati urutan terakhir. Berikut 10 program studi (prodi) di perkuliahan yang paling bermanfaat di dunia kerja, seperti dilansir dari Telegraph, Selasa (20/11/2012).

1. Ilmu Pengobatan dan Kedokteran Gigi
Sebesar 94,1 persen lulusan Ilmu Pengobatan dan Kedokteran Gigi merasa subyek studi yang mereka pelajari ketika kuliah membantu dalam mendapatkan pekerjaan dengan jangka waktu 18 bulan setelah lulus.

2. Farmasi dan Keperawatan
Sebanyak 82,1 persen lulusan prodi Farmasi dan Keperawatan mengaku jurusan tersebut membantu dalam mendapatkan pekerjaan setalah 18 bulan lulus.

3. Pendidikan
Secara konsisten, 72,4 persen lulusan jurusan Pendidikan mengaku jika subyek studi yang mereka pelajari selama perkuliahan memiliki keuntungan dalam mendapatkan pekerjaan dalam waktu 18 bulan setelah lulus.

4. Jurusan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM)
Para lulusan dari keempat disiplin ilmu tersebut secara konsisten mengaku jika gelar mereka berguna dalam mencari kerja. Dalam persentase, 65 persen mahasiswa Ilmu Fisika, 68,6 persen lulusan prodi Matematika dan Ilmu Komputer, dan 73,4 persen mahasiswa Teknik menyatakan, materi perkuliahan yang mereka pelajari berguna untuk meraih pekerjaan.

5. Hukum
Para lulusan Jurusan Hukum merasa menyukai pilihan mereka karena bermanfaat dalam memperoleh pekerjaan dengan jangka waktu 18 bulan setelah lulus. Sebesar 92 persen mahasiswa Hukum semester akhir merasa jurusan tersebut berguna dalam mencari pekerjaan. Namun, hanya 61,9 persen lulusan Jurusan Hukum yang merasa subyek studi mereka selama perkuliahan bermanfaat dalam mencari pekerjaan.

6. Bahasa
Para lulusan prodi Bahasa relatif puas dengan jurusan yang mereka pilih. Sebesar 60,8 persen lulusan mendapatkan pekerjaan setelah 18 bulan menamatkan studi mereka.

7. Biologi, Agrikultur, dan Ilmu Binatang
Hanya 54,3 persen lulusan dari ketiga jurusan tersebut yang merasa subyek studi mereka selama perkuliahan memiliki manfaat dalam mendapatkan pekerjaan. Jumlah ini menurun dibandingkan survei yang dilakukan kepada mahasiswa semester akhir di jurusan yang sama, yakni 75 persen yang mengaku jurusan tersebut berguna dalam mendapatkan pekerjaan.

"Responden dengan gelar Biologi mengindikasikan, ada beberapa isu tertentu yang berkaitan dengan kurangnya spesialisasi dalam gelar Biologi murni," tulis laporan tersebut.

8. Seni Kreatif dan Desain
Lulusan prodi ini yang merasa jurusan tersebut berguna dalam mendapatkan pekerjaan kurang dari 50 persen.

9. Jurusan Komunikasi Massa dan Dokumentasi
Prodi ini juga menempati urutan menyedihkan di mata para responden. Hanya 44,8 persen lulusan prodi tersebut yang mempertimbangkan jurusan tersebut bermanfaat dalam bursa kerja. Namun, 70 persen mahasiswa semester akhir pada jurusan tersebut berpendapat, materi studi yang mereka pelajari berguna untuk menemukan pekerjaan. Menurut laporan HECSU, prodi tersebut meliputi para lulusan dari sebagian besar subyek vokasi, termasuk Jurnalistik yang mungkin menyoroti isu bagaimana mengantisipasi lulusan dalam mendapatkan pekerjaan di sektor media.

10. Studi Filosofi dan Sejarah
Hanya 42,5 persen mahasiswa jurusan tersebut yang setuju jika subyek studi yang mereka pelajari semasa kuliah memiliki keuntungan dalam mencari pekerjaan.

http://news.okezone.com/read/2012/11/19/370/720320/10-jurusan-paling-berguna-saat-cari-kerja